Beranda > Business Environment, Macro Economy > Bagaimana Membaca Perkembangan Perekonomian Makro

Bagaimana Membaca Perkembangan Perekonomian Makro

\| Penulis:Aditiawan Chandra|
Sebagai pelaku bisnis kita sebaiknya dapat mengikuti perkembangan perekonomian Indonesia secara umum, sehingga mampu untukmengantisipasi kemungkinan pengaruh buruk yang dihasilkan; atau memanfaatkan peluang-peluang bisnis dari perkembangan perekonomian tersebut. Memang sebagai orang awam yang tidak mengerti atau kurang menguasai seluk beluk dalam ilmu ekonomi makro kemampuan untuk mengerti perkembangan perekonomian merupakan tuntutan yang berat untuk dapat dipenuhi.

Sebenarnya membaca perkembangan perekonomian dapat diikuti dengan mudah, asalkan kita mengerti bagaimana satu sistem perekonomian nasional bekerja dan berinteraksi. Langkah berikutnya akan menjadi lebih mudah karena kita tinggal memonitor perkembangan dari perubahan variabel agregat ekonominya.

Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui bagaimana perkembangan perekonomian nasional secara cepat. Salah satu cara adalah dengan memanfaatkan jasa kantor konsultan di bidang ekonomi. Tetapi untuk merealisasikannya kadang-kadang kita perlu mengeluarkan dana yang cukup lumayan besar, atau paling tidak perlu melanggan secara rutin publikasi yang diterbitkan oleh mereka. Cara yang lain yang sedikit agak efisien meminta staf intern perusahaan untuk mengikuti perkembangan ekonomi tersebut dan melaporkan secara langsung isu-isu ekonomi yang dipandang penting untuk mendapatkan tanggapan dari pimpinan perusahaan.

Terlepas dari cara mana yang akan ditempuh, pimpinan perusahaan sebaiknya dapat membangun suatu sistem informasi intern untuk memonitor perkembangan ekonomi. Agar tujuan ini dapat terlaksana dengan baik, pimpinan perlu membekali dirinya dengan pengetahuan dasar tentang bagaimana cara bekerjanya sistem ekonomi secara menyeluruh.

Sistem Perekonomian: Konsep Dasar
Setiap mahasiswa atau lulusan Fakultas Ekonomi dari Universitas Negeri dan Swasta di Indonesia diharapkan telah mengenal Konsep Perputaran Roda Perekonomian (Circular Flow).

Siapakah yang tidak mengenal Prof Samuelson, Prof Lipsey maupun para teknokrat ekonom dunia lainnya.
Ide paling dasar untuk mengerti dan menguasai sistem perekonomian di suatu masyarakat atau negara adalah mengelompokan kegiatan perekonomian menurut kepentingan pelaku-pelaku utama, masing-masing:

  • Produsen atau Pengusaha: Yaitu perseorangan atau kelompok perseorangan yang berkumpul secara hukum, dalam bentuk Perseroan Terbatas, CV, koperasi, atau bentuk formal lainnya, yang bertujuan untuk memprodusir barang/produk atau jasa untuk dilempar ke pasar guna memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan pelaku ini disebut dengan kegiatan produksi.
  • Konsumen: Yaitu perseorangan, rumah tangga atau kelompok organisasi yang memiliki kemampuan dari pendapatannya (biasa disebut dengan daya beli) dan memiliki pilihan-pilihan atau keinginan untuk memenuhi kebutuhan (human wants) mereka di pasar. Kegiatan pelaku konsumen ini disebut dengan kegiatan konsumsi.
  • Lembaga Perbankan dan Keuangan: Merupakan organisasi formal, dapat juga berbentuk kelompok perseorangan, yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi kegiatan perekonomian dengan mengumpulkan dana yang ada dimasyarakat, mengelolanya dan kemudian menyalurkannya dalam bentuk pemberian pinjaman maupun produk jasa keuangan lainnya.
  • Badan Publik dan Pemerintah: Dalam sistem perekonomian suatu negara Lembaga Publik dan Pemerintah berfungsi untuk menjaga kepentingan masyarakat secara umum, menjadi wasit dalam sistem perekonomian pasar, dan mungkin juga memberikan pelayanan publik yang tidak ditangani oleh sektor swasta.

.

.
Model Perekonomian Tertutup.
Para pelaku perekonomian ini, khususnya Produsen dan Konsumen, secara sederhana akan melakukan kegiatan penjualan dan pembelian di pasar untuk melengkapi atau memenuhi kebutuhan dan kepentingannya masing-masing. Dalam transaksi pasar tersebut, mereka akan terikat dengan kontrak dagang atau kesepakatan jual beli, dimana kemudian ditetapkan harga jual atau harga beli dari kegiatan tersebut.

Untuk memfasilitasi kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi ini dengan efektif maka dalam sistem perekonomian ini diperlukan Lembaga perbankan dan lembaga keuangan seperti pasar modal, lembaga asuransi, lembaga penjamin, pegadaian atau lembaga keuangan mikro yang terdapat di daerah pedesaan. Lembaga Perbankan peranannya sangat vital untuk mengumpulkan dana-dana yang ada di masyarakat, yang selanjutnya mereka akan melakukan pengalokasian dana tersebut dengan pemberian fasilitas perkreditan atau jasa perbankan.

Pergerakan sektor ekonomi dari produsen disebut oleh para ekonom sebagai perkembangan sektor riil. Perkembangannya dapat diketahui secara tidak langsung dengan memonitor seperti data perkembangan pemberian fasilitas kredit oleh Perbankan Nasional.
Sistem perekonomian yang sederhana ini dalam keadaan normal dapat berjalan dengan mandiri, tanpa perlu pengaturan yang ketat dari Pemerintah. Dan memang inilah yang biasa didambakan oleh para teknokrat ekonomi klasik, bahwa pasar dapat mengatur segalanya dengan baik dan sempuna. Seolah-olah sistem ekonomi tersebut bekerja secara otomatis melalui tangan kuat yang mengaturnya dari luar, atau biasa disebut dengan the invisible hand.

Tetapi sayangnya dalam kenyataannya, mekanisme pasar ini tidak dapat memberikan jaminan bahwa sistem perekonomian sederhana di atas dapat berjalan dengan sempurna, tanpa distorsi atau kerugian bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas. Banyak kasus dilaporkan di negara berkembang, adanya kenyataan bahwa mekanisme pasar bebas tetap menghasilkan banyak kekurangan, kejanggalan maupun kecurangan, atau kerugian di pihak konsumen.
Dalam jangka panjang sering terjadi kecenderungan pengelompokan produsen tertentu yang mampu menguasai pangsa pasar secara dominan. Dan masih banyak kejanggalan-kejanggalan lainnya dari sistem mekanisme pasar bebas ini.

Guna menetralisir atau mengurangi kemungkinan kerugian tersebut, maka diperlukan peran pemerintah atau Lembaga Publik yang berfungsi melakukan koreksi-koreksi atas sistem pasar yang tidak efisien dan tidak adil. Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan perpajakan, pengenaan tarif atau pelarangan-pelarangan yang diberlakukan pada ketiga pelaku ekonomi utama ini. Bank Indonesia, misalnya dapat melakukan kegiatan monitoring dan pengaturan manajemen perbankan nasional secara umum dengan mengeluarkan ketentuan ketentuan tentang prudential banking practices.
Protes atas kecurangan-kecurangan yang dilakukan pengusaha sering dilontarkan oleh Lembaga Konsumen , khususnya jika diduga tidak dipenuhinya standar performances dan kualitas atas barang atau jasa ditawarkan ke konsumen.

Model Perekonomian Terbuka.
Sejauh ini kita masih memperlakukan sistem kegiatan ekonomi pasar secara tertutup. Artinya kita belum memasukkan peran luar negeri dalam sistem ekonomi tersebut. Memang banyak model ekonomi yang membagi sistem ekonomi tersebut ke dalam “sistem ekonomi tertutup” dan “sistem ekonomi terbuka”.
Pada sistem ekonomi yang terbuka, kita melihat kemungkinan dari produsen untuk melakukan kegiatan ekspor barang dan produk dagangan dengan tujuan pasar-pasar di negara lain atau sebaliknya melakukan kegiatan impor atas bahan mentah dan bahan penolong serta mesin atau barang jadi dari luar negara.
Dalam model terbuka ini jasa perbankan dan lembaga keuangan dapat juga berasal dari luar negeri, seperti kreditor swasta luarnegeri dan lembaga keuangan internasional, seperti Asia Development Bank (ADB), World Bank dan International Monetary Fund (IMF).

Terakhir kita dihadapkan lagi pada sistem perekonomian yang semakin menyatu (the borderless economy) yang disebut dengan the global economy, dimana bentuk dan sepak terjangnya belum kita mengerti secara utuh. Isu globalisasi perekonomian ini akan dibahas tersendiri pada blog ini.

Mengukur Kinerja Perekonomian
Melalui pemahaman konsep sistem perekonomian circular flow seperti diatas kita dapat segera mengetahui sejauh mana kegiatan perekonomian di suatu masyarakat memang secara nyata telah menunjukkan perkembangannya dengan baik atau sebaliknya.
Sebagai analogi dalam konteks perusahaan, kita mengenal Laporan Rugi Laba (income statement) yang dipublikasikan oleh perusahaan pada awal akhir triwulan pertama. Laporan Rugi Laba ini merupakan potret kinerja perusahaan dalam melakukan kegiatannya selama satu tahun berjalan. Jika perusahaan memperoleh laba, sebagian dapat dibagikan dalam bentuk pembagian deviden dan sisanya dapat ditahan sebagai tambahan modal perusahaan dalam Neraca Kekayaan Perusahaan (balance sheet).

Demikian pula halnya pada perekonomian suatu negara. Perkembangan kegiatan ekonomi di negara tersebut dapat dinilai kinerjanya untuk satu tahun fiskal tertentu. Seperti halnya dengan analogi Laporan Rugi Laba, para ekonom kemudian sering menggunakan konsep Produk Domestik Bruto (PDB) untuk melihat dan mengukur sejauh mana kinerja para pelaku ekonomi tersebut (produsen, konsumen, lembaga perbankan dan pemerintah) telah sukses menghasilkan nilai tambah atau memberikan kontribusi positif pada sistem perekonomian nasional untuk satu tahun, khususnya dalam kerangka sistem perekomian tertutup.
Disamping itu digunakan juga konsep Produk Nasional Bruto (GNP) yang mengukur seluruh kegiatan pelaku ekonomi dalam satu tahun pada sistem perekonomian terbuka. Untuk memahami lebih mendalam bagaimana bentuk struktur PDB dan GNP suatu sistem perekonomian, termasuk komponennya agregatnya masing-masing, dapat dipelajari dengan mudah mengacu pada sistem pengukuran statistik pendapatan nasional yang dikeluarkan oleh Kantor statistik di suatu negara.

Sebagai contoh di Indonesia, BPS mengeluarkan secara rutin buku laporan pendapatan nasional ini dalam publikasinya bulanannya Indikator Ekonomi.

Para ahli ekonomi umumnya membaginya lebih lanjut komponen Pendapatan Nasional ke dalam komponen pengeluaran agregat (AD) seperti:

Kegiatan Konsumsi (C ),
Investasi (I),
Pengeluaran Pemerintah (G),
Ekspor (X).
Komponen penyeimbangnya yang disebut dengan penerimaan agregat (Y) terdiri dari komponen agregat berikut ini:
Kegiatan Konsumsi (C),
Tabungan (S), Pajak (T) dan
Impor (M).

Akurasi sistem penghitungan pendapatan nasional akan menjadi lebih baik jika Kantor statistik memperkirakan tehnik perhitungannya atas dasar pendekatan penerimaan agregat, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar negara-negara maju.
Sedangkan di negara berkembang, termasuk Indonesia, pendapatan nasionalnya dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran agregat. Alasannya kita belum memiliki data yang lengkap tentang laporan pendapatan dari masing-masing rumah tangga di seluruh penjuru tanah air.

Sebagai kompromi, Biro Pusat Statistik melakukan proses penghitungan pendapatan nasional secara kasar dengan menjumlahkan nilai tambah dari lebih sepuluh sub-sektor ekonomi,seperti subsektorpertanian, subsektor perindustrian dan subsektor jasa.

Tehnik perhitungan Pendapatan Nasional seperti ini bukanlah tanpa cacat. Seringkali berbagai kegiatan-kegiatan perekonomian di sektor informal untuk wilayah daerah perkotaan antara lain, seperti kegiatan jasa tukang cukur, jasa kegiatan para pembantu rumah tangga, para pemulung dan kegiatan industri rumah tangga di daerah pedesaaan sering diabaikan dan tidak tercatat. Sehingga boleh dikatakan perkiraan (estimate) pendapatan nasional kita cenderung untuk under estimated.

Laporan Pendapatan Nasional ini sekarang telah dikembangkan oleh BPS dengan memecahnya lebih rinci menjadi Laporan Pendapatan Daerah (PDRB), yang merupakan hasil perkiraan pendapatan daerah pada Tingkat Propinsi. Bahkan Biro Pusat Statistik sekarang sedang dalam proses mengeluarkan laporan pendapatan wilayah untuk kabupaten atau Tingkat II. Tetapi perlu diingat bahwa semakin kita melakukan estimasi pendapatan suatu masyarakat perekonomian pada tingkatan yang lebih detail, maka tingkat kesalahan pelaporan pendapatan tersebut akan menjadi semakin bias.

Kesalahan fatal acapkali dilakukan oleh para pemakai data statistik agregat termasuk para analis keuangan di pasar modal. Misalnya saja, untuk mencari pendapatan daerah per kepala maka angka PDRB pada tahun tertentu oleh mereka secara matematis langsung dibagi dengan jumlah penduduk, sebagai proxy untuk mendapatkan estimasi pendapatan rumah tangga (disposable income) dari daerah tersebut. Tentunya angka ini menjadi sangat kasar.

Pemecahannya akan jauh lebih baik jika kita mengurangi dahulu angka PDRB dengan arus uang keluar (outflow) yang berasal dari daerah dalam kurun waktu yang sama, misalnya dalam capital outflow dalam bentuk repatriasi keuntungan perusahaan asing, pengiriman dana atau hasil pajak ke luar wilayah daerah dan sebagainya. Dengan demikian menjadi jelas bahwa suatu daerah yang memiliki PDRB per kapita yang tinggi tidak akan menjamin memberikan informasi yang akurat bahwa wilayah tersebut memiliki juga daya beli penduduknya yang tinggi.

Biro Pusat Statistik disamping mengeluarkan perkiraan besaran pendapatan nasional dan pendapatan daerah, institusi ini melaporkan juga angka-angka agregat dari perekonomian Indonesia dan perekonomian daerah di propinsi di Indonesia, baik menurut nilai absolutnya maupun menurut tahun dasar.

Konsep tahun dasar dipakai untuk memperbandingkan besaran angka-angka pendapatan nasional dan pendapatan daerah secara tahunan dalam rentang tahun yang panjang. Angka statistik yang menggunakan acuan tahun dasar tertentu disebut dengan PDB atau PDRB harga konstan. Kita masih ingat bahwa inflasi di negara kita pernah naik diatas tingkatan dua digit, sehingga apabila kita membandingkan angka PDB atau PDRB secara harga konstan maka kita telah menghilangkan adanya pengaruh inflasi dalam kajian atau pengamatan kita.

Pada saat artikel ini ditulis, BPS memilih tahun 1993 sebagai tahun dasar dan basis untuk acuan harga konstan dari tahun-tahun setelah itu. Tahun dasar tersebut nantinya setiap 10 tahun akan dirubah kembali.

Melalui uraian singkat ini semoga wawasan Saudara bertambah dalam mengerti pola keterkaitan berbagai pelaku ekonomi di pasar, dan bagaimana kita sebenarnya dapat pula mengukur kinerja pelaku-pelaku ekonomi tersebut di perekonomian dari satu periode ke periode lainnya.

(Copyright@aditiawanchandra)

  1. Oktober 25, 2014 pukul 2:36 am

    Pa saya mau tanya
    bagaimana pemerintah daerah khusunya manokwari mengeluarkan kebijakan seperti begini untuk pedagang di pasar kalau di setiap kios yang mereka tempati dikenakan pajak Rp 20 juta satu tahun dengan alasan PEMDA tidak punya pendapatan lagi untuk membiayai pembangunan.

    terima kasih pa

    Suka

  2. ara
    Maret 2, 2012 pukul 10:55 pm

    mau nanya ni perkembangan sektor publik dan sektor swasta di indonesia saat ini apa ya?

    Suka

  3. mario lakurna
    Maret 27, 2010 pukul 12:18 pm

    saya mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Timor Lorosa’e (UNTL) di negara timor leste bekas jajahan Indonesia. saya ingin mau pengambilan data pengalokasian dana untuk Timor – Timor mulai dari tahun 1975 – 1999. data itu sangat berguna bagi saya, sebab untuk dijadikan bahan analisis atau perbandingan antara anggaran belanja negara setelah Timor – Timor merdeka dan sebelumnya.gimana saya mendapatkannya ?

    Suka

  4. mia
    Maret 12, 2010 pukul 9:26 am

    Pertumbuhan ekonomi Jepang berkisar antara 2-4%perthn, sedang hampir 2thn ini, pertumbuhan ek Ind berkisar 6%. Apa bisa dikatakan pertumbuhan ek Ind lebih baik?Indikator apa yg dpt dijadikan sbg patokan bhw perekonomian negara tumbuh baik.Mana yg lebih dipilih: perumbuhan yg stabil atau pertumbuhan ek yg naik dr thn ke thn?

    Suka

  5. widya
    Februari 10, 2010 pukul 11:09 am

    5 isu ekonomi makro dan peran pemerintah dalam menanganinya itu apa saja ya ???

    Suka

  6. hilman
    Desember 2, 2009 pukul 4:25 pm

    Pa, negara mana saja yang pernah menggunakan sistem perekonomian tertutup? Tolong jelaskan!

    Suka

  7. henry
    Februari 5, 2009 pukul 6:20 pm

    ada yg taw besarnya produk nasional bruto indonesia tahun 2006 dan 2007 ? cari taw dmn ya ?
    sekalian pendapatan per kapita tahun 2005 dan 2006 di jakarta dan jawa tengah . cari dmn itu smua ? susah sekali carinya ..

    Suka

  8. November 27, 2008 pukul 6:52 pm

    Selamat jumpa kembali Pak Adit,
    Nampaknya di negara kita sudah banyak teknokrat ekonomi, sebanyak itu juga pakar hukum dan ahli kebijakan publik [nb. atleast dibanding dgn Timor Leste]. Tapi nampaknya senjata (modal) yang dimiliki Indonesia tersebut tidak cukup untuk menyelamatkan nasib serta harkat dan martabat bangsa kita. Jika kunci kinerja ekonomi makro kita adalah C + I + G + (X-M), kenapa daya beli masyarakat kita semakin melemah, kapitalisasi domestik cenderung menurun (digrogoti inflasi), manajemen anggaran pemerintah tidak produktif, proporsional, dan berimbang, serta komoditi ekspor kita semakin tidak diunggulkan. Disisi lain, jika kinerja ekonomi mikro kita adalah efisiensi, mengapa petani semakin susah mendapatkan pupuk, sektor KUKM semakin susah bersaing, biaya produksi dan transportasi semakin tinggi. Belum lagi ditambah persoalan distribusi pendapatan yang semakin timpang.
    Pertanyaan saya: kenapa ya pak antara regulasi, kebijakan, dan realitas di negara kita sering tidak sinkron…?

    Suka

  9. Mei 26, 2008 pukul 7:56 pm

    saya kira judul tersebut kurang tepat dijadikan bahan skripsi. bisa dicarikan topik yang lain.tks.

    Suka

  10. nathe
    Mei 25, 2008 pukul 2:53 pm

    Ass,, pak saya mahasiswa FE UNRI, saya sedang melakukan pengajuan judul skripsi yang berjudul pengaruh tingkat inflasi terhadap output (produksi)industri di prov.Riau, tolong saya pak, untuk membantu saya, apakh judul ini layak atau bagus untuk saya lanjutkan dan juga dalam mencari data output (produksi)industri, sebelumnya terimakasih y pak…..

    Suka

  11. Mei 3, 2008 pukul 10:03 am

    pak apak carian masalah ekonomi makro 20 buah?
    habis tu apak analisa. . .
    nanti saya kirim uang tagihan buat bapak. . .

    Suka

  12. sammy
    Maret 23, 2008 pukul 6:50 pm

    Pak, bisa tolong bantu saya dimana mencari data konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, impor, dll dalam kaitannya dengan angka gdp, gnp, nnp, nni untuk tugas akhir saya..Terimakasih..

    Suka

  13. ari
    Maret 22, 2008 pukul 10:16 am

    pak,apakah ada teorinya,pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi?mohon petunjuk,untuk menyelesaikan tugas akhir saya.
    terima kasih.

    Suka

  14. Maret 22, 2008 pukul 9:21 am

    saya pasrah dgn keadaan indonesia skrg ini

    Suka

  15. yosza
    Maret 17, 2008 pukul 3:32 pm

    pak saya yosza saya ingin minta tlg??

    saya ada tugas tentang GDP, GNP,NNI, dll

    harus cari d mana??

    Suka

  16. Maret 13, 2008 pukul 10:00 am

    ass, saya ingin menanyakan tentang respon jalur kredit sendiri terhadap perubahan baik peningkatan ataupun PDB sebagai salah satu alat untuk mengukur pertumbuhan ekonomi itu sendiri mohon dijelaskan lewat email saya thanks b4

    Suka

  17. Maret 7, 2008 pukul 1:47 am

    pak, saya ingin menanyakan sesuatu yang selama ini terus mendekam dalam pikiran saya. jadi saya ingin menanyakan kepada bapak 1.bagaimana cara mencari dana untuk usaha ?
    2.apa yang harus saya lakukan dlm mencari dana?
    3.bagaimana cara agar saya dapat meyakinkan investor?
    4.langkah2 apa yang harus saya perhatikan sebelum mulai berbisnis?
    terima kasih pak atas jawabannya. semoga bapak sukses selalu. dan semoga usaha yang saya kembangkan akan mengurangi pengangguran. amin.

    Suka

  18. Septi
    Maret 3, 2008 pukul 7:43 am

    Terimakasih, pak info dari bapak sangat membantu sekali untuk tugas kuliah saya

    Suka

  19. abid muhtarom
    Februari 14, 2008 pukul 10:35 am

    asss……., terimakasih atas info yang bapak berikan.tapi saya mau tanya gimana jika pajak suatu negara hilang?

    Suka

  20. haris
    Desember 13, 2007 pukul 3:42 pm

    ass. pak, terimakasih banyak atas informasi yang bapak berikan, saya sangat terbantu sekali dengan arahan yang bpk berikan.

    Suka

  21. November 30, 2007 pukul 6:54 am

    saudara haris dapat mendapatkan publikasi indikator ekonomi berbagai terbitan di koperasi BPS Jakarta.

    Suka

  22. haris
    November 28, 2007 pukul 8:04 am

    pak, saya mahasiswa UNP saya sedang melakukan pengajuan judul skripsi yang berjudul pengaruh tingkat konsumsi terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia, tolong saya pak, untuk membantu saya dalam mencari data konsumsi rumah tangga indonesia dari tahun 1996-2006, sebelumnya terimakasih

    Suka

  23. Oktober 31, 2007 pukul 9:05 am

    pak parulian dan pak arif terima kasih atas masukan anda. untuk estimasi sampai dengan quartely saya tidak menyarankan untuk dilakukan mengingat data dasar BPS yang terbatas. Mungkin lebih baik dilakukan survei konsumen di area yang menjadi perhatian anda. Kemudian, bisa saja data kabupaten dan propinsi tidak sama. Biasanya permasalahannya, dalam mengestimasi data kabupaten digunakan alokator yang berbeda pada tingkatan pemda dan tingkatan pusat.Pertumbuhan sektor swasta di Indonesia mulai membaik sejalannya dengan meningkatnya permintaan akan kredit modal kerja dan kredit investasi di kalangan perbankan nasional

    Suka

  24. hernanto kuswono
    Oktober 18, 2007 pukul 9:12 pm

    tolong dijelaskan dong.. tentang pertumbuhan sektor swasta di Indonesia tahun 2006-2007. Apakah perubahan disektor swasta meberikan efek buruk ke ekonomi Indonesia?

    terimakasih banyak..

    Suka

  25. kasrianto
    September 25, 2007 pukul 8:41 am

    Saya mohon bantuan untuk angka PDRB kota/kabupaten, PDRB Provinsi, dan PDB. Kenapa jumlah total PDRB Kabupaten dan Kota di dalam satu provinsi tidak sama dengan PDRB provinsi yang bersangkutan, kadang lebih besar kadang lebih kecil (dari keluaran BPS tentang PDRB kabupaten/kota se Indonesia 2005). Dan saya juga yakin, jumlah seluruh PDRB provinsi tidak akan sama dengan PDB nasional.

    Terimakasih atas bantuan Bapak.

    Suka

  26. Agustus 14, 2007 pukul 11:52 am

    Tolong dong… Lansung aja…?
    Syarat apa saja yang kita perlukan dan bagaimana kita bisa memprediksi (Estimasi) tentang perkiraan pendapatan dalam bentuk quarter indikator / fiskal year dan formula apa saja yang diperlukan..
    Terima kasih banyak atas jawabanya…

    Suka

  27. Juli 27, 2007 pukul 1:27 pm

    Kita menyadari bahwa sesungguhnya kondisi makro ekonomi makro kita cukup stabil dan bagus. Tetapi pada kenyataannya adalah bahwa kebijaksanaan yang dilakukukan oleh pemerintah belum efektif, dikarenakan pada sektor riil belum mencapai tarah yang ideal.
    terima kasih

    Suka

  28. Diko
    Juli 26, 2007 pukul 8:32 am

    Pak, saya mahasiswa udayana, saya mau tanya hubungan antara Marginal Propensity to Impor dan Average Propensity to Impor dengan Elastisitas harga… sya sedang menyusun skripsi dan saya diminta oleh pembimbing saya untuk membuktikan hub variabel di atas dengan rumus.. mohon bantuanya pak.. saya stress mikirnya..thanks

    Suka

  29. Eko
    Juli 14, 2007 pukul 5:45 am

    Saya mendapat pencerahan kembali dari bahan yang dulu pernah dipelajari waktu kuliah dan beberapa komentar pembaca. Terima kasih.

    Suka

  30. rina
    Mei 22, 2007 pukul 3:23 pm

    aku cukup terbantu oleh tulisan anda,terimakasih

    Suka

  31. septi
    Mei 21, 2007 pukul 9:43 am

    waduuuuuh saya pusing tuh kalo baca tulisaN bapakini. Padahal saya kuliah di jurusan fiscal, ya…nyambung2 dikit lah. Tapi trims atas semua info yang diberikan, sangat berguna untuk saya yang suka bingung kalo ngomingin soal ekonomi. Trims pak 🙂

    Suka

  32. andhika
    April 27, 2007 pukul 3:54 pm

    Mohon izin untuk mengutip isi tulisan Bapak dalam bahan makalah saya tentang pelaku-pelaku ekonomi Indonesia.
    Terima kasih.

    Suka

  33. Parulian
    April 17, 2007 pukul 11:42 pm

    Orang Indonesia yang dikenal kuat menganut asas kekeluargaan dalam segala aspek kehidupannya dapat diamati menerapkan asas atau etika hidup ini di saat terjadi krismon yang datang secara sangat tiba-tiba. Asas hidup kekeluargaan ini yang diperkuat oleh semangat percaya diri dan kepercayaan pada kekuasa¬an Tuhan berakibat pada sikap bahwa krismon tidak lain daripada “percobaan” dan “peringatan” pada bangsa Indonesia agar menyadari aneka kekeliruan dan penyimpangan yang telah dilakukan. Sebagaimana sudah sering dikemukakan oleh para peneliti ekonomi rakyat, meskipun Indonesia merdeka sudah berusia 57 tahun dan pembangunan ekonomi “Orde Baru” sudah berlangsung 31 tahun (1966¬-97) yang mampu meningkatkan pendapatan riil rata-rata bangsa Indonesia 10 kali, tokh dalam kenyataan perekonomian Indonesia masih tetap bersifat dualistik, sebagaimana dikemukakan J.H. Boeke tahun 1910. Ekonomi dualistik adalah ekonomi yang tidak homogen tetapi hampir di semua sektor terpilah menjadi 2 yaitu sektor ekonomi modern/formal dan sektor ekonomi tradisional/informal. Yang kedua disebut Bung Hatta tahun 1931 sebagai sektor (kegiatan) ekonomi rakyat. Memang sangat tidak tepat dan menyesatkan menyebut sektor ekonomi rakyat sebagai sektor informal, karena sektor ini justru sudah lebih tua dan sudah merupakan kegiatan ekonomi “formal” jauh sebelum datangnya para pengusaha/pemodal/kapitalis Belanda ke Indonesia, yang sebagian besar baru beroperasi sesudah UU Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870. Karena para pemodal/pengusaha Belanda yang datang sesudah 1870 ini pada umumnya berbentuk NV (PT) yang besar dengan kantor-kantor dan kebun-kebun besar, dengan membayar pajak-pajak yang besar, maka mereka dianggap perusahaan-perusahaan formal, sedangkan yang sangat kecil/gurem inilah yang disebut ekonomi rakyat, yang lokasinya dapat tidak tetap atau sering pindah, dan disebut sektor informal.

    Suka

  34. Parulian
    April 17, 2007 pukul 11:36 pm

    Pertumbuhan Ekonomi RI Tertinggi di Asia Timur
    Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2007 meningkat karena dorongan kebijakan fiskal dan moneter. Fakta memperlihatkan gerakan mulai naik pada semester kedua 2006 yang dipicu oleh kenaikan konsumsi dan investasi swasta, serta ekspor yang melebihi US$ 100 miliar untuk pertama kalinya.

    Di sisi lain, paparnya, rasio utang Indonesia terhadap PDB turun secara signifikan menjadi 41 persen, sedangkan cadangan devisa naik dari US$ 35 miliar pada 2005 menjadi US$ 43 miliar di tahun berikutnya.

    Dalam 10 tahun terakhir, terlihat Tiongkok menjadi kekuatan ekonomi global utama dengan keberhasilannya meningkatkan jumlah output regional, mengurangi tingkat kemiskinan, dan semakin eratnya integrasi global dan regional, serta akumulasi cadangan devisanya lebih dari US$ 2 triliun.

    pertanyaan yang timbul adalah : apakah kebijakn fiskal dan stabilitas moneter yang ada pada sebuah bangsa, dapat menjamin negara tersebut tinggi dalam pertumbuhan ekonominya???

    Suka

  35. Maret 22, 2007 pukul 11:08 pm

    pak leo..suatu kebanggaan jika teknokrat ekonomi dapat membantu perancang di negara timor-leste. mungkin yang perlu dikendalikan adalah bahwa kebutuhan paling mendasar rakyat dapat tersedia di gerai2 pasar tradisional dengan harga rendah yang terjangkau. melihat basis sumbaer daya alam yang tersedia, sektor perikanan perlu di buat maju dan berkembang. rabaan kami lokasi dan sejarah yang dimiliki, para perancang ekonomi di negara bapak perlu mempertimbangkan pengembangan timor sebagai tujuan wisata manca negara. kenapa tidak yaa pak. selanjutnya kami perlu informasi ttg potensi2 yang ada di negara bapak.
    salam perjuangan..merdeka!!

    Suka

  36. leo
    Maret 21, 2007 pukul 7:24 am

    kami dari timor-leste kami ingin mengetahui bagaimana cara pengendalian makro ekonomi yang baik dan dapat di terapkan dalam konteks negara kecil seperti negara kami.
    atas bantuan dan saranya kami ucapkan banyak terima kasih.

    Suka

  37. Maret 13, 2007 pukul 2:02 pm

    dear berman,
    betul sekali ekonom biasa menggunakan harga konstan PDB untuk menghitung perkembangan PDB antar waktu. Maksudnya tidak lain ingin dihilangkan pengaruh adanya kenaikkan harga barang da jasa selama periode pengamatan. Prosedurnya, dicari tahun dasar yang menurut perhitungan ahli ekonomi perekonomian kita dalam kondisi relatif baik. Di contoh itu dipilih tahun 2000. Jadi PDB kita tahun 2006 menurut kondisi perekonomian pada tahun 2000 berjumlah 1.846,7 triliun rupiah. Semoga penjelasannya memuaskan. salam kembali.

    Suka

  38. berman
    Maret 13, 2007 pukul 1:13 pm

    salam,
    seperti yang diketahui bahwa menurut BPS (16 Feb 2007) bahwa nilai PDB 2006 berdasarkan harga berlaku adalah 3.338,2 triliun dan PDB 2006 berdasarkan harga konstan (2000) adalah 1.846,7 triliun. mohon penjelasan lanjut, apakah artinya selisih antara PDB berdasarkan harga berlaku dengan PDB berdasarkan harga konstan dan apakah ada pengaruh inflasi, bunga bank, dll.
    atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

    rgds,

    Suka

  39. Februari 25, 2007 pukul 5:43 pm

    Rezha
    Biro pusat statistik memiliki data2 pertumbuhan ekonomi yang dimaksud. bisa masuk langsung ke webnya BPS. tks. adit chandra

    Suka

  40. re_zha
    Februari 25, 2007 pukul 9:12 am

    pak,,,saya kuliah di sebuah univ di RIAU jurusan akuntansi,saya ingin bertanya bagaimana saya bisa mendapatkan data pertumbuhan perekonomian indonesia 25 tahun terakhir ? atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

    Suka

  41. adit chandra
    Februari 23, 2007 pukul 4:26 pm

    Terima kasih atas semua komentar yang diberikan.
    Untuk komentar dari sdr Sari, konsep makronya demikian:
    (1) Penerimaan agregat = Pengeluaran agregat yang berasal karena adanya permitaan agregat; atau
    (2) Penerimaan para pemilik faktor + M = C + I + X; atau
    (3) GDP + M = C + I + X; atau
    (4) GDP = C + I + (X-M).

    Dari persamaan (2) impor dapat diperlakukan sebagai penerimaan (injection) ke dalam sistem perekonomian domestik. Kemudian daripersamaan (3) terlihat memang ada hubungan antara C, I dan X dengan impor. Pola konsumsi yang boros akan meningkatkan M, kegiatan investasi sebagaian akan mengimpor mesin2 dari luar sistem, dan kegiatan produksi ekspor akan meningkatkan impor jika sebagian besar komponen produksi masih diimpor dari luar negeri.
    Nah kesimpulannya, itu semua kam memerklukan devisa…dan ini terlihat pada persamaan terakhir kita kurangi kegiatan pemupukan devisa ekspor dengan devisa impornya dalam (X-M).
    salam, adit chandra

    Suka

  42. sari
    Februari 23, 2007 pukul 2:35 pm

    pak kan ada komponen pengeluaran agregat dengan penyeimbangnya permintaan agregat. lalu bgmn hubungan antara konsumsi terhadap impor, hubungan investasi terhadap impor dan hbungan ekspor dengan impor ??? kan kalo pendapatan negara meningkat impor negara meningkat…

    Suka

  43. Fuad VanNoel
    Februari 16, 2007 pukul 8:32 pm

    Tulisan Sdr. Aditiawan Chandra sangat bermanfaat.
    Namun menurut pendapat saya teori ekonomi kapitalisme yang secara masif coba diterapkan pemerintah saat ini perlu dikaji ulang secara serius dengan memperhatikan kondisi sosial budaya Indonesia.Secara makro kondisi perekonomian kita cenderung membaik, namun dalam struktur ekonomi pasar bebas, banyak pranata yang diperlukan untuk menunjang terciptanya efisiensi, diantaranya adalah sikap dan pandangan masyarakat terhadap produktifitas, konsumsi, investasi serta sikap pemerintah dalam mengelola faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pasar (market failure). Untuk menjaga kesinambungan kinerja perekonomian jangka panjang, maka perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian antara konsep ekonomi kapitalis dengan sikap-sikap dan pandangan masyarakat Indonesia yang cenderung sosialis tersebut.
    fuad_mpkp@yahoo.com

    Suka

  1. Desember 23, 2006 pukul 4:11 pm

Tinggalkan Balasan ke re_zha Batalkan balasan